top of page
Apa aja yang kita temukan soal pendidikan seks pada usia dini?

Udah beralih ke teknologi 4.0, masa mau gitu- gitu aja. Jurnalis juga harus ikutin!

ANGKA HIV-AIDS DI DIY

Writer's picture: magerdotcommmagerdotcomm

Updated: Dec 20, 2018

Author : Sinta J. Kartika



sumber : google.com

HIV dan AIDS merupakan penyakit yang masih menjadi perhatian masyarakat maupun pemerintah. Hal tersebut ditambah dengan munculnya hasil perkembangan terbaru dari penyakit HIV dan AIDS di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data pada tahun 2017 kuartal keempat, yang berlaku di antara tahun 2017 akhir dan 2018 awal, mengungkapkan bahwa penderita HIV-AIDS di Yogyakarta masih cukup tinggi.


Dibandingkan dengan DKI dan Papua, Yogyakarta memang masih jauh berada di bawahnya, namun jika ditinjau dari jumlah penduduk, luas daerah, dan kualitas hidup masyarakatnya, jumlah penderita HIV-AIDS di Yogyakarta masih memiliki potensi untuk diturunkan. Menurut data resmi yang diperoleh dari Komisi Penanggulangan AIDS DIY, dua daerah dengan jumlah pengidap penyakit HIV-AIDS paling banyak adalah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.



Sedangkan berdasarkan profesi, penderita HIV-AIDS banyak berasal dari ibu rumah tangga dengan jumlah 219 dan laki-laki wiraswasta dengan jumlah 199. Data tersebut cukup menjadi perhatian penting bagi masyarakat, pemerintah, maupun KPA DIY sendiri. Penyebaran HIV-AIDS di Yogyakarta hampir 95% berasal dari hubungan seks bebas. Sedangkan sisanya pernah karena penggunaan narkotika suntik.


Ana Yuliastanti, selaku pengelola KPA DIY menjelaskan alasan dua profesi tersebut berada di urutan teratas. “Tiga hal yang mempengaruhi laki-laki wiraswasta adalah man, mobile, dan macho. Laki-laki ini biasanya yang memiliki mobilitas tinggi, dan menganggap dirinya macho sehingga bergonta-ganti pasangan. Sedangkan ibu rumah tangga, jelas berasal dari suaminya. Banyak ibu rumah tangga yang baik-baik di rumah hanya dengan pasangannya namun tertular.” Menurut Ana Yuliastanti, meningkatnya pengidap HIV-AIDS pada ibu rumah tangga juga karena sebagian besar suami yang mengidap penyakit tersebut tidak mengatakan pada istirnya.

Menyikapi kondisi tersebut, Komisi Penanggulangan AIDS DIY mulai menerapkan strategi dan program baru untuk menekan kenaikan pengidap HIV-AIDS di Yogyakarta. Program utama yang sampai saat ini sedang digencarkan adalah program penanggulangan yang ditargetkan kepada kaum adam. “Sebelumnya fokus kami adalah para wanita. Namun dengan perkembangan kondisi terbaru ini, kami akan mulai lebih banyak menargetkan pada pria. Kami melakukan sosialisasi pada komunitas yang beranggotakan laki-laki, misal komunitas otomotif. Kita juga akan mencoba untuk bekerja sama dengan pengajian untuk melakukan sosialisasi,” ungkap Ana Yuliastanti. Sosialisasi tersebut diantaranya memberi penjelasan kepada masyarakat bagaimana mengenali gejala penyakit HIV-AIDS, bagaimana prosedur tes yang harus dilakukan, bagaimana pengobatan, dan pencegahannya.


Selain wiraswasta dan laki-laki, yang menjadi perhatian KPA DIY saat ini adalah para pekerja dan konsumen seks. “Sebelumnya kami sudah berinteraksi langsung dengan para pekerja seks, memberikan sosialisasi maupun peringatan. Kami berusaha melakukan pendekatan yang baik. Tidak melarang mereka untuk melakukan pekerjaanya, kami hanya meminta mereka menyediakan seks secara sehat dan memberikan sosialisasi mengenai HIV-AIDS,” tambah Ana Yuliastanti.

Hingga saat ini, menurut keterangan KPA DIY para pekerja seks cukup menerima kehadiran mereka dengan baik. Yang menjadi kesulitan justru dari pihak konsumen seksnya. Lembaga nonstruktural pemerintah tersebut mengungkapkan bahwa sulit untuk bertemu langsung dengan mereka, padahal para konsumen seks tersebut adalah pihak yang berperan cukup besar dalam penyebaran virus HIV-AIDS.


Secara umum, untuk mencegah kenaikan angka penyakit tersebut di Daerah Istimewa Yogyakarta, KPA bekerjasama dengan beberapa pihak. Diantaranya komunitas waria, pekerja seks, pengguna narkotika suntik, dan lapas. Untuk masyarakat, KPA bekerja dengan banyak sektor, seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial.


Penyakit mematikan tersebut sampai sekarang memang belum ada obat untuk menyebuhkannya, namun ada obat yang berguna untuk menurunkan virusnya. Hingga saat ini obat tersebut tersedia di tujuh layanan rumah sakit di DIY. Sedangkan untuk pelayanan HIV-AIDS ada 132 di Yogyakarta. KPA juga bekerja sama dengan Dinas Sosial mendirikan sebuah salter untuk para pengidap HIV-AIDS yang merasa terdiskriminasi.


Pihak KPA DIY berharap untuk kedepannya masyarakat khususnya Yogyakarta lebih memiliki kesadaran yang tinggi mengenai penyakit tersebut. Peduli pada pencegahannya, pengobatannya, dan lebih terbuka pada pihak-pihak yang bisa memberikan pertolongan, seperti Komisi Penanggulangan AIDS ini.

11 views0 comments

Comments


bottom of page