top of page
Apa aja yang kita temukan soal pendidikan seks pada usia dini?

Udah beralih ke teknologi 4.0, masa mau gitu- gitu aja. Jurnalis juga harus ikutin!

EKONOMI KREATIF INDONESIA TERUS MELAMBUNG

Writer's picture: magerdotcommmagerdotcomm

Updated: Dec 20, 2018

Author : Sinta J. Kartika





📷

Kecanggihan teknologi telah mempengaruhi pertumbuhan industri kreatif di Indonesia, seperti munculnya online shop, layanan pesan makanan secara online, dan bisnis kreatif lainnya. Karena hal itu, pekerja kreatif saat ini banyak diminati kaum muda. Sedangkan dari segi ekonomi, industri kreatif menyumbang banyak kontribusi kepada negara.

Menurut Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), pertumbuhan ekonomi kreatif pada periode 2015 telah menyumbang Produk Domestik Bruto Indonesia hingga Rp 852,2 triliun. Ekonomi kreatif terus bergerak naik dan tumbuh signifikan pada tahun 2016. Sedangkan di tahun 2017, sektor tersebut telah mencapai angka Rp 1.000 triliun. Industri kreatif tercatat sudah menyerap tenaga kerja hingga 12,9 juta jiwa.

Sedangkan untuk tahun ini, BEKRAFT menargetkan ekonomi kreatif mencapai Rp 1.041 triliun. Industri kreatif diharapkan menyerap 18,2% tenaga kerja dan menyumbang US$ 23,7 miliar ekspor nasional. Sedangkan di tahun 2019, kontribusinya ditargetkan senilai Rp 1.123 triliun terhadap PDB dan menyumbang ekspor US$ 25,1 miliar.

Dua penyumbang terbesar pada ekonomi kreatif adalah bidang kuliner sebesar 43% dan fashion 18%. Sedangkan bidang lainnya yaitu kriya 16%, desain komunikasi visual 10,28%, musik 7,26%, animasi & video 6,68% serta arsitektur 6,62%. Badan Ekonomi Kreatif Indonesia berpendapat bahwa industri kreatif dapat menjadi tulang punggung perekenomian negara, dibanding dengan ekonomi yang bergantung pada sumber daya alam yang akan habis pada waktunya. Industri kreatif memiliki peluang yang besar untuk membuka lapangan pekerjaan.

Walaupun industri dan ekonomi kreatif di Indonesia berkembang cukup pesat, namun di Yogyakarta sebagai salah satu kota maju dan dipadati oleh enterpreneur muda, masih ada beberapa kesulitan yang dialami oleh para pelaku ekonomi kreatif. Dave, seorang pemilik restoran dan kafe anak muda di Babarsari, Yogyakarta mengaku mengalami beberapa kesulitan ketika mengembangkan bisnis kulinernya tersebut. “Masalah yang sangat mempengaruhi pertama adalah modal, kedua di izin. Regulasi di pemerintahan kita masih terlalu ribet. Kami yang modalnya kecil, mengurus perizinan tanpa bantuan biro, mandiri. Namun, kami sangat dipersulit, contohnya meminta surat keterangan usaha dari pemerintah setempat,” ungkapnya.

Berbeda dengan Dave, Dhika Apsari seorang pengusaha muda pemilik bisnis fashion batik online, mengaku kesulitan dalam mempromosikan produknya. “Kesulitan yang saya alami dengan bisnis batik online ini ada mengenalkan produk kepada masyarakat. Karena saat ini lebih banyak orang yang lebih tertarik pada produk-produk luar negeri,” jelasnya.


Untuk kedepannya, pihak BEKRAFT berharap masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan baik ini dengan terus berpartisipasi dan tidak takut membuka usaha ekonomi kreatif. Sedangkan dari pihak pelaku industri kreatif mereka berharap pemerintah memberikan perhatian lebih pada bisnis-bisnis kecil dan pemula. Mereka juga berharap masyarakat lebih mencintai produk-produk asli Indonesia.

7 views0 comments

Comments


bottom of page