Dunia sepakbola di Indonesia identik dengan suporter fanatik bagi beberapa klub sepakbola yang ada. Dengan adanya banyak klub sepakbola yang ada di Indonesia ini, terdapat banyak pula suporter sepakbola yang ada. Seperti contoh suporter Bonek untuk klub Persebaya Surabaya, Aremania suporter klub asal Malang Arema, Brajamusti yang merupakan suporter klub PSIM Yogyakarta, dan Brigata Curva Sud sebutan suporter untuk PSS Sleman.
Suporter-suporter ini seringkali berlebihan dalam mendukung tim kesayangannya, tindakan berlebihan yang biasanya dilakukan yaitu seperti, melakukan tindakan anarkis terhadap suporter klub lain, menghujat klub lawan, dan bahkan menghujat pemain klub kebanggan yang melakukan pindah klub ke tim rival.
Sifat nomaden pemain adalah hal yang lumrah dalam dunia persebakbolaan, hal ini karena pemain juga membuthkan pendapatan untuk keberlangsungan hidupnya. Akan tetapi biasanya suporter tidak bisa menerima keputusan kepindahan para pemain tersebut, terlebih lagi apabila kepindahannya berlabuh ke klub rival.
Seperti contoh yang baru-baru saja terjadi yaitu teror yang dialami oleh pemain muda Hendika Arga. Sebelumnya pemain berusia 25 tahun ini merupakan kapten tim PSIM Yogyakarta, lalu Hendika memutuskan untuk bertransmigrasi ke klub rival PSIM yang tak lain adalah tetangga sendiri yaitu PSS Sleman. Meskipun masih berada dalam satu daerah provinsi yang sama akan tetapi antara suporter PSIM dan PSS memang terkenal tidak pernah akur.
Mengetahui kepindahan Arga ke klub rival, membuat Brajamusti melakukan teror kepadanya atas keputusannya tersebut. Teror diterima pemain muda ini di media sosial, sehingga Arga tidak merasakan kebahagiaan dan kebebasan dalam dunia sepakbola. Dengan adanya kecaman dari suporter fanatik PSIM ini, Hendika Arga lebih memilih untuk pensiun dini dari dunia sepakbola dan membangun usaha baru untuk keberlangsungan hidupnya.
Teror terhadap pemain sepakbola dari suporter ini sudah sering terjadi, dan seharusnya kejadian seperti ini tidak perlu terjadi dalam dunia persepakbolaan. Karena hal seperti ini merugikan pemain, klub dan bahkan mencoret nama baik suporter itu sendiri. Dalam sepakbola semua memiliki kebebasan, seperti pemain bebas untuk berlabuh di tim mana dan kebebasan suporter untuk mendukung tim mana. Sehingga dengan adanya kebebasan dalam dunia sepakbola membuat kebahgian tersendiri bagi masing-masing pemain dan suporter itu sendiri. Kefanatikan suporter yang mengakibatkan tindakan-tindakan merugikan ini harus diubah untuk kemajuan persepakbolaan Indonesia.
Comentários