top of page
Apa aja yang kita temukan soal pendidikan seks pada usia dini?

Udah beralih ke teknologi 4.0, masa mau gitu- gitu aja. Jurnalis juga harus ikutin!

Odong- odong Alkid : Pengangkat Citra Yogyakarta Selama Satu Dekade Terakhir

Writer's picture: magerdotcommmagerdotcomm

Monggo, mas, mbak,” ujar para penjaja jasa becak hias di Alun- Alun Kidul Yogyakarta pada para pejalan kaki yang melintasinya. Entah itu wisatawan atau bukan, mereka tetap menjajakan dagangan mereka. Suara pemutar musik dari dalam kendaraan wisata tersebut diputar keras- keras. Tentu saja, mereka melengkapinya dengan pengeras suara agar wisatawan yang berhasil menjadi sasaran mereka semakin menikmati malam kota Yogyakarta dengan musik yang sedang hits akhir- akhir ini. Walaupun acap kali pengeras suara tersebut mengalahkan suara mereka menjajakan becak- becak hiasnya. Bagi beberapa wisatawan mungkin belum ke Yogyakarta bila belum berfoto dengan papan nama Malioboro. Berfoto sedang naik becak hias menjadi alternatif untuk membuktikan bahwa wisatawan sudah sampai di Yogyakarta yang hangat dan penuh keramahtamahan.


Becak hias yang kerap disebut odong- odong ini sudah menjadi armada wisata di Alun- Alun Kidul sejak sepuluh tahun yang lalu. Tentu saja, sampai sekarang, kendaraan ini mengalami revolusi, baik dari bentuknya, hingga harganya. Sebelum tahun 2015, becak hias ini terlihat sangat minimalis. Bentuknya mirip dengan sepeda dengan atap, namun memiliki kursi belakang dan depan dengan kapasitas 4- 5 orang. Hiasan lampu LED dengan berbagai bentuk seperti karakter Doraemon, Lumba- Lumba, sampai tulisan ‘I Heart Jogja’. Kala itu, dengan bentuk yang minimalis, wisatawan dapat mencoba mengayuh becak hias tersebut dengan harga Rp15.000,00 sampai Rp25.000,00 untuk satu kali putaran.



Becak hias Alkid versi dulu. (Sumber : meliwistransport.com)

Sampai saat ini, kendaraan ini sudah jauh lebih menarik dengan bentuk yang bermacam- macam. Ada yang seperti mobil Volkswagen seri Beetle dan Combi, mobil Hybrid, bahkan yang lebih menarik lagi, mulai muncul yang mirip seperti mobil klasik zaman tahun 30an. Sama seperti model sebelumnya, kapasitas dalam satu armada antara 4- 5 orang. Namun ada juga yang berkapasitas hingga 10 orang. Dengan kemajuan yang pesat berdasarkan fasilitas dan tampilan, tentu saja harganya juga mengikuti. Sejauh ini satu kali putaran bisa mencapai harga Rp30.000,00 hingga Rp50.000,00. Jika liburan, harganya bisa lebih dari patokan harga pada hari- hari biasa.


“Aku dan keluarga libur Lebaran pada tanggal 18 Juli 2018, (mendapat harga) satu mobil Rp100.000,00, untuk segala tipe mobil. Baik odong- odong yang muat delapan orang maupun empat orang harganya sama saja,” ujar salah satu wisatawan asal Jakarta, Dina Yulianti. Bagi Dina, harga sekian tidak mengapa. Karena pada saat liburan, banyak pengunjug yang hendak turut merasakan mengayuh becak hias Alkid. “Ya, saya, sih, nggak apa- apa, ya. Bagi saya biasa saja, sih. Lagian waktu itu kami (naik becak hias) ber- sembilan orang. Lumayan lah, seratus ribu bisa untuk segitu banyak,” ujar Dina sambil melahap sate ayam yang dibelinya. “Kalau untuk liburan kali ini, sepertinya tidak dulu, deh. Habis, hanya saya, suami dan anak yang masih kecil- kecil. Tidak ramai seperti liburan sebelumnya,”


Namun, ternyata kenaikan harga juga pernah menjadi momok permasalahan bagi warga Jogja. Pasalnya, pada liburan akhir tahun 2016, tarif becak hias tersebut yang mulanya hanya Rp30.000,00 sampai Rp40.000,00 bisa melunjak hingga Rp150.000,00. Suatu tarif yang amat mahal, bukan hanya untuk ukuran Yogyakarta, tetapi juga untuk ukuran kota-kota lainnya. Odong-odong semacam itu sekarang bukan hanya bisa ditemui di Yogyakarta saja. Di Jawa Tengah misalnya, di Solo, Semarang, bahkan Salatiga dan Tegal pun, odong-odong serupa bisa dijumpai. Di Solo, tarifnya berkisar Rp 20.000,00 sampai Rp 25.000. Bila harga becak hias alkid melunjak tiga kali lipat dijadikan patokan, sekalipun untuk hari libur, harganya pun akan terhitung lebih mahal dibandingkan dengan naik kereta gantung di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, yang tiketnya hanya Rp 40.000,00. Harga yang serupa juga ditetapkan untuk naik kereta gantung yang dikenal dengan gondola di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta yang pada hari biasa tiketnya seharga Rp30.000,00.


Penuh sesaknya kota Yogyakarta dijadikan prasangka bagi para netizen, penyebab mengapa becak hias menjadi naik harganya. Kemacetan yang terjadi di Alkid menyebabkan lambatnya laju kendaraan, sehingga, hal ini berimbas pada becak hias. Ada juga yang mengatakan ada satu atau dua orang dari penyewa becak hias yang berlaku memaksa pada wisatawan. Kasus yang ada di sosial media makin melebar. Ditakutkan, hal ini dapat mengurangi citra kota Yogyakarta yang ramah, aman, dan terkenal dengan harga- harganya yang terjangkau.


Tampaknya, di sini perlu peran Pemerintah setempat, khususnya Dinas Pariwisata dan pihak-pihak terkait lainnya untuk memasyarakatkan konsep Sadar Wisata, suatu konsep yang menggambarkan partisipasi dan dukungan segenap komponen masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan di suatu wilayah dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bila wisatawan mendapatkan kesan dan kenangan buruk atas satu objek atau destinasi wisata, lalu dia menyebarluaskan kenangan buruk itu – apalagi di era media sosial yang amat mudah dilakukan siapa saja saat ini – tentu berakibat kurang baik bagi objek atau destinasi wisata tersebut.

24 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page