author: Nabila Rosellini
ilustrasi: google.com
Tim Mager.com berhasil temui salah seorang ibu muda yang pernah melahrikan anaknya di usia 18 tahun dari hasil hubungan di luar pernikahan. Dengan nama samaran Mila, ia bersedia membagikan pengalamannya tentang kehamilan dan pernikahannya pada usia muda tersebut kepada kami serta memberikan pandangannya mengenai pendidikan seks yang pernah didapatkannya.
MIla mulai kenal dan berpacaran dengan suaminya sejak masih di awal masa SMA. Tiga tahun berselang tepatnya saat kelas tiga SMA hubungan tersebut mereka anggap cukup untuk mempercayai satu sama lain. Keduanya melakukan hubungan suami istri atas dasar suka sama suka. Aktivitas seks pranikah itu diakui MIla telah dilakukannya beberapa kali sebelum akhirnya diketahui MIla hamil dari hasil hubungan tersebut.
“Saya merasa sudah punya pengetahuan yang cukup dan memang tahu konsekuensinya. Kita udah usaha juga biar tidak sampai hamil tapi ternyata tuhan berkehendak lain.” jelas wanita 21 tahun itu saat ditanya tentang bekal pendidikan seks yang pernah ia dapat sebelum memustuskan berhubungan seksual pranikah.
MIla dan suaminya saat itu juga kerap menggunakan alat kontrasepsi sebagai pencegah kehamilan, namun dalam suatu kesempatan mereka lupa untuk membawa alat kontrasepsi tersebut. Mengetahui kehamilannya, MIla sempat merasa panik dan takut untuk memberitahu kepada kedua orang tuanya. Akhirnya MIla beserta suaminya memberanikan diri untuk mengakui perbuatannya. Keluarga sempat berkeinginan untuk menggugurkan kandungan MIla namun gagal dan berakhir tetap mempertahankan kehamilannya. Setelah lulus kedua keluarga sepakat untuk menikahkan mereka.
Dari peristiwa yang terjadi pada MIla dapat kita pahami bahwa pendidikan seks masih dipahami secara terbatas dan dalam pengajarannya tidak diiringi dengan pendidikan seksualitas. Kedua hal tersebut memang berkaitan dan perlu dilakukan secara beriringan. Pendidikan seks seperti yang kita pahami adalah pengetahun tentang gender, kesahatan alat reproduksi, kelamin itu sendiri, kehamilan, melahirkan hingga aktivitas hubungan seksual.
Pendidikan Seksualitas merupakan pendidikan yang mencakup tentang bagaimana cara berpikir, cara bersikap, merasakan kasih sayang orangtua, merespon kasih sayang, mengekspresikan diri, yang akan membentuk harga dirinya kelak.
Terutama di era saat ini anak tumbuh dewa lebih cepat dari generasi sebelumnya. Dikutip dari Kompasiana.com, Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH) memiliki data yang menunjukkan 48% anak laki-laki usia 10-11 telah mengalami mimpi basah dan 52% anak perempuan usia 9 tahun telah mengalami menstruasi. Hal tersebut terjadi karena mudahnya berbagai terpaan informasi kepada anak-anak tentang hal berbau seksual.
Mereka cenderung dewasa dengan cepat secara fisik namun pertumbuhan kedewasaan psikologisnya belum memadai kondisi kedewasaan biologisnya. Sehingga anak mencari bagaimana nafsu tersebut bisa dilampiaskan. Disinilah peran orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai dalam seksualitas seperti sentuhan kasih sayang, siapa saja yang boleh membelai mereka dan bagaimana tindakan mereka akan berdampak nantinya. Pengetahuan tentang seksualitas harus disesuaikan dengan usia anak.
Comments