Author : Amallia P.B. Utami
Kedai kopi menjadi ikon bagi kota Yogyakarta baru- baru ini. Seakan- akan belum ke Jogja apabila belum mengunjungi kedai kopi. Semenjak film Filosofi Kopi yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko ada di bioskop, orang- orang menjadi ter-influence untuk mencari tahu apa saja tentang kopi. Mulai dari jenisnya, cara membuatnya, bahkan sampai cara meminumnya pun beberapa orang memiliki gaya sendiri agar kopi terasa nikmat. Kurang lebih 2000 kedai kopi di Yogyakarta bertambah dalam kurun waktu beberapa tahun.
Kebanyakan pengunjung kedai kopi ialah pemuda, khususnya mahasiswa. Banyak sekali yang berkunjung untuk mengerjakan tugas, berdiskusi kelompok, atau hanya bersantai saja bersama teman- teman sambil menikmati kopi dan tentunya fasilitas wi-fi gratis.
Belum lagi konsep yang diusung tiap kedai menambah keunikan sehingga menarik perhatian tiap pengunjung. Mulai dari di dalam gerobak, di garasi rumah, hingga working space. Konsep tersebut menjadi brand atau label yang akan dikenali masyarakat mengenai kedai kopi tersebut.
Sandra, founder komunitas KopiParti, dalam seminarnya di acara EPIC (Euphoria Passion in Communication) #2 yang diselenggarakan oleh Crast FM (12/09/18), mengatakan bahwa ada tiga cara untuk mempertahankan suatu brand atau label.
Yang pertama ialah attract. Sebuah brand harus bisa menarik perhatian massa sebanyak- banyaknya. Untuk KopiParti sendiri yang rutin memberikan informasi mengenai kedai kopi di Yogyakarta dengan kemasan audio visual, mereka membuat foto dan video yang menarik lalu diunggahnya ke platform yang sudah mereka gunakan sepeerti YouTube atau Instagram. “Orang- orang sekarang itu pasti kalau nggak buka YouTube, ya, Instagram. Coba, pasti teman- teman setiap bangun pagi, buka YouTube atau Instagram,” jelas pria bertubuh jangkung ini.
Yang kedua, engage. Sandra mengungkapkan bahwa KopiParti selalu membalas pesan dan komentar yang disampaikan oleh para followers. Hal ini dimaksudkan agar terjadi penyampaian informasi yang lebih interaktif. Salah satu cara untuk meng- engage yaitu dengan membuat konten berjudul Coffee Talk dan mengunggahnya ke YouTube. Coffee Talk ini adalah konten yang berisi obrolan mereka dengan orang- orang yang bekerja di bidang seni di kedai kopi juga. “Kenapa orang seni, ya karena hal itu sinkronisasi dari media dan pekerjaan yang masih dianggap remeh di masyarakat. Maka itu kita informasikan melalui YouTube kita,” ujar Sandra yang mengaku pernah merasa susah untuk menjadi seorang videografer.
Yang terakhir, sustain. "Jadi, buat konten, itu harus konsisten sama apa yang kita buat," jelasnya. Menurutnya, menjadi seorang konten kreator harus bisa mempertahankan ide- ide konten yang dibuat. "Dari KopiParti sendiri, kami akan buat strategi, yaitu menambah konten,"
Jadi, gimana? Sudah siap buat brand sendiri?
Comments