top of page
Apa aja yang kita temukan soal pendidikan seks pada usia dini?

Udah beralih ke teknologi 4.0, masa mau gitu- gitu aja. Jurnalis juga harus ikutin!

Media Siber dan Optimisme Mematuhi Etika Jurnalistik

Writer's picture: magerdotcommmagerdotcomm

Author : Sinta J. Kartika



Meningkatnya eksistensi media siber tidak diimbangi dengan etika penggunannya secara tepat. Ketua Dewan Pers Yosep Stanley Adi Prasetyo mengatakan bahwa dari 43.000 media siber, hanya sebagian yang tercatat sebagai media profesional dan lolos syarat pendataan pada 2014, yaitu sebanyak 211 media saja.


Menurut Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Dewan Pers, pelanggaran etika jurnalistik paling banyak diadukan pada Dewan Pers adalah tidak melakukan pengujian informasi atau melakukan konfirmasi.


Salah satu pihak yang sempat merasakan dampak dari adanya pelanggaran etika media siber adalah aktor Gading Marten. Ia mengungkapkan kekecewaannya pada situs-situs berita online yang membuat headline tidak berdasarkan fakta dan tanpa melakukan konfirmasi terkait kasus percerainnya. Statement yang ditulis tanpa melakukan konfirmasi tersebut cukup menggegerkan masyarakat dan pastinya merugikan pihaknya.


Melambungnya jumlah media siber menuntut setiap media untuk memproduksi berita secara cepat. Kecepatan tersebut nyatanya tidak dibarengi dengan verifikasi yang sesuai prosedur jurnalistik. Selain verifikasi, alasan lain mengapa pelanggaran ini masih kerap terjadi adalah kurangnya wartawan Indonesia yang mengikuti pendidikan jurnalistik.


Proses penciptaan berita media siber tidak berbeda dengan media cetak. Oleh karena itu, pentingnya eksistensi etika jurnalistik perlu kembali diperhatikan. Seorang jurnalis wajib melakukan verivikasi atas informasi apa yang ditulis, diproduksi, dan disebar luaskan pada khalayak. Seorang produsen berita harus mampu mempertanggung jawabkan apa yang telah ditulis. Media siber perlu lebih memperhatikan validasi konten dibanding kecepatan berita diciptakan.


Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah edukasi dunia jurnalistik untuk para wartawan dan produsen berita. Bekal pendidikan jurnalistik perlu dimiliki seluruh wartawan dan produsen berita media siber. Pendidikan jurnalistik akan memberikan pemahaman lebih seperti apa dan bagaimana pantasnya suatu berita diciptakan. Media siber perlu lebih selektif memilih jurnalis. Tidak semua kalangan masyarakat bisa menjadi produsen berita yang baik dan sesuai etika jurnalistik.


Pelanggaran etika jurnalistik pada dunia siber bukan sesuatu yang tidak bisa diperbaiki. Kesadaran masing-masing media siber, kemauan, dan niat besar para produsen berita untuk berubah serta memperbaiki budaya menciptakan berita yang terlanjur salah, adalah kunci dari problematika media siber saat ini.

2 views0 comments

Comments


bottom of page