top of page
Apa aja yang kita temukan soal pendidikan seks pada usia dini?

Udah beralih ke teknologi 4.0, masa mau gitu- gitu aja. Jurnalis juga harus ikutin!

PLENGKUNG GADING RIWAYATMU KINI

Writer's picture: magerdotcommmagerdotcomm

Author : Amallia P.B. Utami Gambar : Tim Mager

Plengkung Gading Nirbaya saat malam hari

Jika diperhatikan, bentuknya lebih menyerupai kubah daripada benteng. Tidak seperti di film- film laga kolosal produksi Hollywood, Plengkung Gading yang dulunya adalah jalan keluar benteng pertahanan Kerajaan Mataram ini terkesan suci karena berwarna putih. Ada lima buah Plengkung Gading yang menjadi pintu keluar kompleks Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yaitu Plengkung Jagasura, Plengkung Tarunasura, Plengkung Jagabaya, Plengkung Madyasura, dan yang paling terkenal ialah Plengkung Nirbaya. Bagaikan ikon, belum ke Yogyakarta namanya bila anda belum mengunjungi dan berfoto ria di Plengkung Nirbaya.


Berada di sebelah sebelah selatan Alun-alun Kidul, Nirbaya berasal dari kata ‘Nir’ yang berarti tidak ada dan ‘baya’ berarti bahaya. Jika diterjemahkan dalam bahasa harfiah Jawa maka Nirbaya berarti tidak ada bahaya yang mengancam. Bangunan yang terletak di Jalan Patehan Kidul No. 4, Kraton, Yogyakarta ini merupakan satu-satunya pintu keluar raja yang mangkat atau wafat untuk dimakamkan di Makam Raja-Raja Imogiri, sehingga selama Sultan masih hidup tidak diperkenankan melewati plengkung Nirbaya ini. Plengkung Nirbaya menggambarkan batas periode seorang anak menuju ke masa pubertas. Menurut K.P. H. Brotodiningrat, cagar budaya ini diibaratkan pohon asem yang memiliki karakter nengasemake, berarti suka menghias diri. Perumpamaan ini mengartikan bila terus dijaga akan menambah keindahan atau keelokan dari area Plengkung Gading.


Banyak pengunjung baik dari dalam maupun luar kota Yogyakarta berkunjung ke Plengkung Nirbaya ini. Kegiatan berfoto disini sangat digemari. Namun, kadangkali, pengunjung kurang memperhatikan tingkah laku kesopanan ketika berada di cagar budaya ini demi mendapat foto yang maksimal. Beberapa waktu lalu sempat menjadi viral dua remaja laki- laki menaiki ornamen Plengkung Nirbaya. Selain membahayakan, hal ini juga masih dianggap tabu bagi sebagian besar masyarakat kota Yogyakarta karena Plengkung Gading adalah sebuah bentuk cagar budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan. Tidak hanya itu, jika anda melihat kondisinya di bagian atas, masih ada beberapa bentuk bekas vandalisme walaupun tidak sebanyak beberapa waktu yang lampau.


Pertengahan tahun 2017 ada berita yang sempat menghebohkan media sosial, khususnya yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Komo Ricky, presenter suatu program acara yang disiarkan disebuah stasiun televisi swasta mendapat banyak kecaman dari netizen dikarenakan menaiki tepian tangga Plengkung Nirbaya. Kasusnya viral di media sosial hingga menarik perhatian istri Sri Sultan Hamengkubuwono X, GKR Hemas beserta sang putri, GKR Bendara. Keduanya menegur pria yang mempunyai nama lengkap Ricky Adi Putra ini karena perilakunya tidak sesuai dengan tata krama di dalam lingkungan Kraton. Untungnya, Komo Ricky langsung meminta maaf kepada keluarga Kraton dan masyarakat Yogyakarta atas ketidaktahuannya.


“Kalau saya biasa saja dengan kejadian itu. ‘Kan dia orang luar, tidak tahu dengan peraturan yang berlaku disini seperti apa. Kalau tahu, ‘kan tidak mungkin bersikap seperti itu,” ucap Gandi Nurwendo, pria berumur 44 tahun asal Bantul, yang sempat diwawancarai Sabtu, (17/11/18). Menurutnya, hal tersebut tergantung Dinas Pariwisata yang mengizinkan pihak stasiun televisi tersebut untuk mengambil gambar di sekitar Kraton.

“Seharusnya, sebelum syuting, jika pihak Dinas Pariwisata memberi izin, juga diikuti dengan pengarahan, peraturannya bagaimana,”

Menurut Venda Pratama, alumni Antropologi Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Plengkung Gading masih dianggap sakral karena masih dituturkan dan diwariskan sebagai kebenaran, bukan sebagai mitos. “Harus dilihat juga yang percaya itu siapa? Masyarakat Jogja ‘kan plural. Kalau abdi dalem mungkin masih percaya. Tapi kalau mahasiswa mungkin ada yang percaya ada yang tidak,” Ungkapnya, bila para pengunjung dituntut untuk bersikap sopan, maka perlu disiapkan penjaga di Plengkung Nirbaya sehingga pengunjung segan untuk naik ke atas ornamen atau berjalan di tepian tangga. Tapi bila ingin dibuat segan atas dasar kesadaran, maka kewibawaan Kraton harus ditingkatkan. Tidak hanya di lingkup nasional, namun juga internasional.


Mungkin bagi warga Yogyakarta Plengkung Gading tidak hanya situs yang harus mereka jaga kebersihan dan keutuhannya. Namun juga sebagai simbol kepercayaan, bahwa apapun yang berada di area tempat tinggal Raja juga harus dihormati, sebagaimana mereka menghormati sang Raja.

25 views0 comments

Comentarios


bottom of page